Iklan

Jumat, 16 Juli 2010

Andaikan Mayoritas Klub-klub ISL tidak mengandalkan dana APBD lagi


Angan-angan ingin melihat liga yang murni Profesional dari semua unsur mungkin bukan mimpi saya saja. Pastinya seluruh masyarakat juga menginginkan hal tersebut. Kata Profesional disini mungkin diawali dengan  manajemen klub dimana dalam segi pendanaan sudah melepaskan diri dari kucuran dana pemerintah daerah (APBD). Memang, beberapa klub di ISL sudah lepas sepenuhnya dari kucuran dana APBD seperti Arema Indonesia, Pelita Jaya, Persib Bandung, Sriwijaya FC dan Bontang FC. Namun, jika kita berangan-angan seluruh klub di Indonesia sudah lepas dari dana APBD, tak terbayangkan kemajuan apa yang nanti akan dialami oleh sepakbola Indonesia.

Memang apa masalah jika sebuah tim mendapat kucuran dana dari APBD???

Menurut saya ada beberapa efek buruk yang terdapat dalam kasus kucuran dana APBD kepada sebuah tim di ISL. APBD merupakan dana dari pemerintah yang tidak lain adalah uang rakyat dari daerah tersebut. Otomatis sebuah tim yang dikucuri dana APBD membawa nama daerah dalam perhelatan ISL dan bermuatan politik daerah. Apa maksudnya politik daerah?? dalam hal ini Politik daerah menyangkut nama baik daerah, wibawa pemerintah daerah dan lain-lain.

Disinilah terdapat celah-celah persaingan antar daerah yang mempertaruhkan nama pemerintah daerah. Persaingan antar daerah yang bermuatan politik inilah yang berbahaya, tak bisa dipungkiri dan sering juga terdengar ada isu-isu mafia pertandingan demi menjaga martabat pemerintah daerah yang diwakili oleh sebuah klub sepakbola.

Mental dan tindakan yang sangat tidak sportif ini lah yang kadang masih dipelihara oleh beberapa insan-insan persepakbolaan nasional. Lebih parah lagi, hal ini bukan terjadi pada cabang olahraga sepakbola saja, kita juga dapat melihat kecurangan-kecurangan dalam olahraga atau event-event nasional lainnya.

Nah, andaikata sebuah klub terlepas dari dana APBD, mafia-madia pertandingan seperti disebutkan diatas mungkin dapat diminimalisir. Mengapa? ya tentu saja karena mereka sekarang sudah menuju industri sepakbola dengan manajemen yang lebih profesional. Sebuah klub akan melakukan pertandingan bukan lagi atas embel-embel membawa nama baik daerah melainkan bermain demi profesionalisme dan prestige tim itu sendiri bukan untuk orang-orang atau lembaga-lembaga diluar tim (kecuali sponsor dan unsur-unsur swasta lainnya).

Sebuah klub yang profesional juga akan benar-benar memikirkan masa depan tim tersebut. Misalkan tidak "asal comot" ketika membeli pemain, kontrak pemain yang sesuai dengan standar profesional yang tentu saja ini akan berpengaruh terhadap permainan sebuah klub di lapangan. Hampir semua klub-klub di Indonesia masih mengandalkan agen-agen untuk memasok pemain sepakbola, jarang terdengar pemandu-pemandu bakat (scout) mencari bibit-bibit pesebakbola handal. Ditambah lagi kadang-kadang agen-agen ini menawarkan seorang peman yang asal-asalan kepada sebuah klub yang kadang-kadang tidak bermental pesepakbola. Kita dapat lihat bagaimana penyebaran pemain asing di Indonesia yang kadang-kadang bermain buruk terlebih dengan mental dan attitude yang tidak mencerminkan pesepakbola profesional. Lain ceritanya jika klub sepakbola tersebut memuat manajemen yang profesional.Mereka pasti akan lebih meimilih mana pemain yang mampu atau cocok bermain di klub tersebut dan mana yang tidak. 

Semoga kelak, mimpi-mipi ini dapat menjadi kenyataan. Ingin rasanya melihat Indonesia memiliki Liga sepakbola yang enak untuk ditontn dan mampu berbicara di level Internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar